pmuqi.com

Panduan Fiqih Hari Raya Idul Adha: Amalan Sunah dan Tata Caranya

Hari Raya Idul Adha, yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, adalah salah satu momen paling suci bagi umat Muslim. Selain pelaksanaan kurban, salah satu ibadah utama di hari tersebut adalah Salat Idul Adha. Memahami fiqih terkait hari raya ini sangat penting agar ibadah kita lebih sempurna.

Salat Idul Adha hukumnya adalah sunah, bahkan dianggap sebagai salat sunah yang paling utama. Waktu pelaksanaannya dimulai sejak terbitnya matahari hingga tergelincirnya matahari (zawal) pada tanggal 10 Dzulhijjah.

Beberapa kesunahan yang sangat dianjurkan terkait Hari Raya Idul Adha ini antara lain:

  • Melaksanakan Salat Idul Adha di masjid. Jika masjid tidak lagi menampung jamaah, boleh dilakukan di tempat lain seperti mushola, lapangan, atau area terbuka lainnya.
  • Menghidupkan malam Idul Adha dengan beribadah, misalnya dengan melaksanakan salat Isya dan Subuh secara berjamaah.
  • Mandi sunah dimulai sejak pertengahan malam sebelum salat Idul Adha.
  • Memakai minyak wangi dan berhias diri, baik bagi mereka yang akan melaksanakan salat Hari Raya maupun tidak.
  • Berangkat ke tempat salat Idul Adha dengan berjalan kaki. Saat kembali, disunahkan melalui jalan yang berbeda. Pahala berjalan kaki menuju tempat salat Idul Adha sangat besar, dan dianjurkan untuk memperlama perjalanan karena semakin banyak langkah yang digunakan, semakin banyak pula pahalanya.
  • Bagi selain imam, disunahkan untuk berangkat lebih pagi ke tempat salat Idul Adha.
  • Mempercepat pelaksanaan Salat Idul Adha agar waktu penyembelihan hewan kurban menjadi lebih lama.
  • Tidak makan sebelum melaksanakan Salat Idul Adha hingga salat selesai. Disunahkan untuk makan dari sebagian hewan yang dikurbankan setelah salat.

Tata Cara Salat Idul Adha

Salat Idul Adha dilaksanakan sebanyak dua rakaat dengan niat:

أُصَلِّيْ سُنَّةً لِعِيْدِ الْأَضْحَی رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا / إِمَامًا لِلّٰهِ تَعَالَی

(Ushalli sunnatan li ‘Idil Adha rak’ataini ma’mūman/imāman lillāhi ta’ālā) (Aku niat salat sunah Idul Adha dua rakaat sebagai makmum/imam karena Allah Ta’ala.)

Setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah, disunahkan pada rakaat pertama untuk melakukan takbir sebanyak tujuh kali (selain takbiratul ihram). Sementara itu, pada rakaat kedua, takbir dilakukan sebanyak lima kali. Di sela-sela setiap takbir tersebut, disunahkan membaca:

سُبْحَانَ اللّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ

(Subhānallāhi wal hamdulillāhi wa lā ilāha illallāhu wallāhu akbar) (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.)

Disunahkan pula untuk mengangkat kedua tangan saat mengucapkan takbir-takbir tersebut. Untuk selanjutnya, tata cara salat sama seperti salat biasa, yaitu membaca Surah Al-Fatihah, surah pendek, rukuk, sujud, dan seterusnya.

Khutbah Salat Idul Adha

Setelah pelaksanaan salat berjamaah, disunahkan untuk melaksanakan dua khutbah, layaknya khutbah Salat Jumat, baik dalam rukun maupun kesunahannya. Namun, jika salat dilakukan sendirian, maka tidak disunahkan untuk melaksanakan khutbah. Sebelum memulai dua khutbah, khatib disunahkan untuk duduk sejenak.

Dalam pembukaan khutbah pertama, disunahkan membaca takbir sebanyak sembilan kali, dan di pembukaan khutbah kedua sebanyak tujuh kali. Sangat dianjurkan bagi khatib untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan kurban dalam khutbahnya.

Takbir Hari Raya Idul Adha

Secara umum takbir hari raya dibagi menjadi dua yaitu
1. Takbir Mursal : Takbir
Yang tidak terikat dengan ketentuan shalat
2. Takbir Muqoyyad : Takbir yang dilakukan setelah shalat

Dan untuk shalat idul adha ada pada takbir mursal, Untuk waktunya dimulai dari terbenamnya matahari ( Setelah shalat Maghrib) malam idul adha sampai dengan takbiratul ihram ketika melaksanakan shalat.Dan untuk shalat idul adha juga ada pada takbir muqoyyad, Untuk waktunya setelah pelaksanaan shalat baik shalat wajib, fardhu, dan qodho.Dan waktu membacanya dimulai setelah shalat shubuh hari Arafah (9 Dzulhijjah) dan selesai bakda ashar hari tasyriq terakhir (13 Dzulhijjah).

Bacaan Takbir :

اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ اللّٰهُ أَكْبَرُ اللّٰهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ الحَمْدُ اللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَعَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاللّٰهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الحَمْدُ

Dengan memahami dan mengamalkan fiqih Idul Adha ini, semoga ibadah kita di hari yang mulia ini diterima di sisi Allah SWT. Wallahu’alam

Ustadz Manharul Latif, merupakan Alumni Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami (2010-2014) yang melanjutkan pendidikanya di Ponpes Al-Falah Ploso, Kediri (2014-2019) dan sekarang menjadi pengasuh di PMUQI.