pmuqi.com

KEISLAMAN

Pemuda Berprestasi dan Masa Depan Bangsa Indonesia

source : Detik.com
Picture of Ahmad Thursina Roja

Ahmad Thursina Roja

Kontributor

Penyebaran Islam di Madinah tidak terlepas dari kontribusi besar para pemuda setempat. Banyak dari mereka yang tertarik dengan Islam dan akhirnya memeluk agama ini. Contohnya adalah Suwaid bin Shamit, Iyas bin Muadz, serta Abu Dzar Al-Ghifari. Pertanyaannya, apa yang membuat para pemuda Madinah begitu tertarik dengan ajaran Islam?

Jawabannya adalah strategi dakwah Rasulullah SAW yang sangat efektif. Nabi Muhammad SAW menjalin komunikasi intensif dengan pemuda-pemuda Yatsrib jauh sebelum beliau berhijrah ke Madinah. Selama hampir empat tahun, Rasulullah memanfaatkan momentum musim haji untuk bertemu perwakilan individu maupun kabilah dari Yatsrib. Dalam pertemuan itu, beliau memperkenalkan Islam kepada mereka.

Menurut Syekh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury dalam Sirah Nabawiyah, pada bulan Dzulqa’dah tahun ke-10 kenabian (Juli 619 M), Rasulullah memulai strategi baru, yaitu menyampaikan Islam kepada berbagai kabilah dan individu yang datang ke Makkah saat musim haji. Waktu itu, penduduk Makkah sebagian besar menolak dakwah Islam, sehingga Rasulullah melihat musim haji sebagai peluang besar untuk memperluas jangkauan dakwahnya.

Strategi dakwah ini membuahkan hasil, terutama di kalangan pemuda Yatsrib. Salah satu pemuda yang memeluk Islam adalah Suwaid bin Shamit. Dia adalah seorang penyair yang cerdas dan disegani di kalangan kaumnya. Ketika Suwaid datang ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah, Rasulullah memperkenalkan Islam kepadanya. Keindahan ajaran Al-Qur’an yang disampaikan Rasulullah membuat Suwaid memutuskan untuk masuk Islam.

Selain Suwaid, ada juga Iyas bin Muadz, yang tertarik dengan Islam saat ia dan temannya, Anas bin Rafi, datang ke Makkah pada tahun 620 M untuk meminta bantuan kaum Quraisy dalam konflik antara suku Aus dan Khazraj. Ketika Rasulullah berbicara dengan mereka dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an, Iyas langsung terkesan dan memeluk Islam.

Tokoh lain dari Yatsrib adalah Abu Dzar Al-Ghifari, yang dikenal karena kezuhudan dan keilmuannya. Dia masuk Islam setelah mendengar ajaran Islam dari Suwaid bin Shamit dan Iyas bin Muadz. Abu Dzar segera kembali ke kaumnya untuk menyebarkan Islam.

Pada tahun ke-11 kenabian (620 M), Nabi Muhammad SAW bertemu dengan enam pemuda dari suku Khazraj saat melewati Aqabah di Mina. Keenam pemuda ini adalah As’ad bin Zurarah, Auf bin Haritsah bin Rifa’ah, Rafi’ bin Malik, Quthbah bin Amir, Uqbah bin Amir, dan Jabir bin Abdillah. Mereka telah mendengar kabar tentang kedatangan seorang nabi melalui sekutu-sekutu Yahudi mereka.

Setelah mendengar penjelasan Rasulullah tentang Islam, keenam pemuda tersebut menyatakan keimanan mereka dan berjanji untuk menyebarkan ajaran Islam di Yatsrib. Dakwah mereka berhasil menarik banyak orang di Madinah untuk memeluk Islam.

Pada tahun berikutnya, sekitar 12 orang dari Yatsrib kembali menemui Rasulullah dan melakukan Baiat Aqabah Pertama. Mereka berjanji untuk mendukung dakwah Islam. Setelah baiat ini, Rasulullah mengutus Mush’ab bin Umair ke Madinah sebagai duta Islam untuk mengajarkan ajaran Islam dan mempersiapkan masyarakat Madinah menerima hijrah Nabi.

Tugas Mush’ab bin Umair di Madinah sangat berhasil. Berkat usahanya, banyak penduduk Madinah yang masuk Islam, termasuk tokoh-tokoh penting dari kalangan suku Aus dan Khazraj.

Pada tahun ke-13 kenabian (622 M), 70 orang penduduk Yatsrib datang ke Makkah untuk berbaiat kepada Nabi dalam peristiwa Baiat Aqabah Kedua. Mereka berjanji untuk melindungi Rasulullah dan mendukung perjuangan Islam. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam, karena menjadi awal persiapan hijrah Nabi ke Madinah.

Baiat Aqabah Kedua memberikan dasar yang kuat bagi Rasulullah untuk memulai kehidupan baru di Madinah. Ketika beliau hijrah, penduduk Madinah menyambutnya dengan hangat. Kehadiran pemuda-pemuda yang telah lebih dulu memeluk Islam membantu mempermudah penerimaan Islam di kota tersebut.