

Ahmad Thursina Roja
Kontributor
Kisah 3 Pemuda yang Membanggakan Nasabnya saat Latihan Memanah
تَوَاضَعْ تَكُنْ كَالنَّجْمِ لَاحَ لِنَاظِرٍ # عَلَى صَفَحَاتِ الْمَاءِ وَهُوَ رَفِيْعٌ
“Rendah hatilah! Maka engkau akan seperti bintang yang terlihat di permukaan air, meski sebenarnya ia berada di posisi yang tinggi.”
وَلَا تَكُنْ كَالدُّخَانِ يَعْلُوْ بِنَفْسِهِ # إِلىَ طَبَقَاتِ الْجَوِّ وَهُوَ وَضِيْعٌ
“Dan janganlah seperti asap yang membumbung tinggi dengan sendirinya ke lapisan atmosfer, meskipun hakikatnya ia berada di tempat yang rendah.”
Memanah adalah salah satu keterampilan yang sudah dikenal manusia sejak ribuan tahun silam. Pada masa lalu, memanah digunakan sebagai alat berburu dan senjata perang. Namun hingga kini, olahraga ini tetap lestari sebagai salah satu aktivitas fisik yang penuh manfaat. Dalam kitab Al-Adzkiya, Ibnu Jauzi menceritakan kisah menarik tentang tiga pemuda yang sedang berlatih memanah, di mana mereka saling membanggakan nasabnya masing-masing. Kisah ini diriwayatkan oleh Sa‘id bin Yahya Al-Umawi dari ayahnya. (Ibnu Jauzi, Al-Adzkiya, Beirut: Daru Ihyail Ulum, 1990, hlm. 188-189).
Diceritakan bahwa suatu hari, tiga pemuda berkumpul untuk latihan memanah. Dua dari mereka berasal dari suku Quraisy, sedangkan satu lainnya adalah seorang pemuda dengan status budak.
Saat latihan berlangsung, kedua pemuda Quraisy mendapatkan giliran memanah terlebih dahulu, sementara pemuda berstatus budak harus menunggu giliran terakhir.
Pemuda pertama, yang merupakan keturunan Abu Bakar dan Thalhah, memulai aksinya. Panah yang ia lepaskan tepat mengenai sasaran. Dengan nada bangga, ia berkata, “Siapa dulu! Aku ini keturunan dua tanduk (Abu Bakar dan Thalhah).”
Berikutnya, pemuda kedua dari suku Quraisy, yang merupakan keturunan Utsman bin Affan, mendapat giliran. Panah yang ia lepaskan juga tepat mengenai sasaran. Ia pun berkata dengan penuh kebanggaan, “Siapa dulu! Aku ini keturunan syuhada (Utsman bin Affan).”
Kini giliran pemuda budak. Ia pun tak kalah mahir, memanah dengan sempurna hingga mengenai sasaran. Setelah berhasil, ia berkata dengan percaya diri, “Siapa dulu! Aku ini keturunan dari seseorang yang para malaikat pun bersujud kepadanya.”
Mendengar ucapan tersebut, kedua pemuda Quraisy terkejut. Mereka tahu bahwa pemuda itu hanyalah seorang budak, sehingga penasaran dengan siapa yang dimaksud. “Siapa orang itu?” tanya mereka hampir bersamaan.
Dengan tenang, pemuda budak itu menjawab, “Beliau adalah Nabi Adam.”
Sebagaimana diketahui, setelah Nabi Adam diciptakan, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya. Semua malaikat bersujud kecuali Iblis, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 34:
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka mereka pun bersujud, kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.”
Hikmah dari Kisah
Dari kisah ini, terdapat beberapa hikmah yang dapat kita jadikan pelajaran:
Kesetaraan di Hadapan Allah
Semua manusia memiliki derajat yang sama di sisi Allah SWT. Satu-satunya pembeda adalah tingkat ketakwaan.Semangat Egalitarianisme
Kisah ini menunjukkan pentingnya sikap egaliter, sebagaimana ditunjukkan oleh para pemuda tersebut. Meskipun mereka memiliki status sosial yang berbeda, mereka tetap dapat berkumpul, berlatih, dan bersaing dengan sehat.Potensi Setiap Individu
Setiap manusia, apa pun latar belakangnya, memiliki potensi yang sama untuk meraih prestasi. Pemuda budak dalam kisah ini membuktikan bahwa kemampuannya tidak kalah dari dua pemuda Quraisy. Hal ini sejalan dengan banyak kisah inspiratif dari ulama, pengusaha, dan tokoh besar lainnya yang berasal dari kalangan biasa.
Berita Terkini:
-
Sanlat UQI ke-10, Tanamkan Kebiasaan Positif Selama Liburan
-
Perpulangan Ramadhan 2025, Pesantren Modern Ummul Quro Al-Islami Berangkatkan 40 Bus
-
Kiayi Saiful Falah Sampaikan Nasihat Perpulangan: Santri Harus Jadi Teladan
-
Santri PMUQI Raih Juara di Ajang National Students Competition
-
PMUQI Undang Wakil Menteri Koperasi dalam Acara Buka Bersama
-
PMUQI Bersiap Membangun Dapur Makan Siang Gratis
-
Wujud Kepedulian di Bulan Ramadhan, PMUQI Adakan Booth for Shodaqoh